Saturday, June 4, 2016

Surat untuk kita?

Haii. Salam sejahtera. Semoga berbahagia.

Sebelumnya, semoga kalian yang membaca surat ini berada dalam keadaan hati yang damai dan tentram.

Rasanya sepi seperti hari-hari yang lalu, tidak ada tawa, tidak ada cerita. Semuanya menghilang bersamaan langkah kita beranjak dari gerbang itu. Gerbang yang melebarkan rangkulannya kepada kita, dengan senyum yang hanya mampu diliat awan ia sematkan.

Kita bersama pernah mengukir kisah, ada komedi, drama, action dan apa yah? 18+? Sepertinya tidak. Ada tangis diantara tawa berderai. Ada air mata terselip diantara senyum kita, tapi bukankah itu semua pelengkap kebersamaan? Begitu banyak momen-momen indah yang terjadi di hidup kita, dan bagiku salah satunya adalah berada dan terlibat dalam kisah hidup kalian. Sungguh suatu kehormatan bukan? Yang secara DNA kita bukan siapa-siapa antara satu sama lain.

Seharusnya aku tidak mempermasalahkan keadaan yang seperti ini, karena kita punya tujuan dan jalan hidup masing-masing. Tapi izinkan aku untuk replay lagi tentang kita di memori otakku. Kita pernah bersama, itu satu fakta bukan? Oke, kalaupun ada yang menganggapnya sebagai suatu skenario yang harus dijalani, aku harap itu akan menghasilkan ending yang bahagia.

Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan tentang kita di dalam otakku, tiba-tiba saja, otakku seperti otak milik Aan Mansyur, kantor paling sibuk di dunia. Mengapa kita harus dalam situasi seperti ini? Kesalahan apa yang telah aku perbuat sehingga kita layaknya seperti orang asing? Bagaimana bisa kita terjebak di keadaan yang begitu canggung bahkan sekedar menanyakan kabar seolah menunggu berita kelulusan, lama dan mampu membuat jantung lari maraton?Kenapa harus ini, harus itu, bla bla blaaaa.

Aku tau, sebelum kita semua menjadi satu, kita membawa partner masing-masing, mungkin ada yang tidak. Hal ini yang selalu menjadi tamparan buat ku sadar bahwa hak privasi orang lain selalu di atas kita. Bukankah itu hukum alam? Mungkin kalian ingat -atau hanya aku- bahwa kita akan selalu memberi kabar, tidak akan pernah berubah, dan akan selalu mendukung satu sama lain -mungkin ini salah satu caranya- namun sayang, pengaplikasiannya semakin hari semakin pudar, tersamar dan blash menghilang.

Sulit, sangat sulit, menyatukan jadwal kita, hanya untuk bercengkrama lagi, segelas jus berdua, ahh terlalu tinggi, mungkin gorengan 5 ribu bertujuh? Rindu yah? Sangat, hal yang tidak perlu disangsikan lagi. Aku sadar, untuk berada di posisi sekarang bagi kalian tidak mudah, dengan keadaan yang berpencar, menemui orang dan lingkungan baru, dengan kondisi latar belakang yang jauh lebih baik dari yang pernah ada -mungkin-  dan harus terbiasa akan rutinitas yang beda.

Aku sadar dan selalu tau, ada jarak terbentang antara kita, ada dinding kokoh tak kasat mata membentengi, sudah aku berusaha mengikisnya. Tapi bukankah percuma kalau cuma satu pihak yang berjuang? Layaknya cinta bukan? Ah, ini memang cinta.

Oke, maafkan aku yang bercoleteh terlalu panjang dengan dongeng indah -menurutku- tentang kita. Bagaimana pun juga, inti dari semua ini, aku harapkan kalian semua bahagia dengan jalan yang dipilih, menikmati kisah yang baru dengan dunia yang baru, dan tetap tertawa.

Aku akan selalu disini, dengan keadaan sama seperti awal kita berkenalan dan berbicara panjang lebar, karena bagaimanapun juga, aku termask orang yang tertolol didunia, tidak mampu menerima perubahan.

Untuk segala kekuranganku, mohon maaf.

Jakarta. 04 Juni 2016
10.40 WIB



1 comment:

  1. kalau kangen sama orangnya, langsung aja bilang kalee.. hahaha :D

    ReplyDelete